Sabtu, 03 Maret 2012

Sang Pendaki -_______-

Sang Pendaki ini merupakan kisah yang luar biasa sotoy dari teman saya. Di postingan saya yang sebelumnya, saya sudah bercerita tentang betapa sok tahunya teman saya ini, hingga kami harus berdebat super tidak penting tentang siapa pengarang buku Kalkulus saat kuliah. Nah, kali ini topik utama masih sama namun dengan materi berbeda.

Siang itu, teman saya, sebut saja oknum TS ini asyik kusyuk sekali membaca novel 5 cm. Novel yang baru beberapa hari sebelumnya dia beli. Hmmm, keasikannya itu nyaris tidak bisa diganggu gugat. Sampai kemudian, dia mengatakan pada saya " novel ini udh pernah difilm in yaa!!!", saya yang cukup tahu bahwa, novel ini baru akan difilm kan dan  baru beberapa calon pemerannya yang dipublikasikan, serta merta langsung meralat dong " Udah difilm in??? castingnya baru selese om! ", " Tapi gue dah pernah nonton kok!!". Nah kan, mulai deh, sifat sok taunya muncul. Perasaan saya mulai ga enak. "Udah pernah nonton??", "Iya!!"," Judulnya?",  "Sang PENDAKI!!!" Jawab si oknum TS ini. Mantap. Penuh Percaya Diri. Tanpa keraguan sedikitpun di dalamnya. Nah kaaaaaaaan...saya yakin sih dia udah pasti sok tahu, tapi kenapa ya, ga cari judul yang bagusan dikit, yang bisa bikin saya sedikit percaya. "Sang Pendaki??? Gue sih taunya SANG PENARI, kalo tiba-tiba ada yang ndaki juga, perlu lo cek lagi deh!!" saya menanggapinya dengan super bete. " Yeeee, beneran, poster filmna ada kok di lorong ruang kerja si ibu (bos kami)". Tuuu kan,, keras kepalanya nih yang bikin tambah gemes. "Ngarang lo!!", "Yeee, lo liat aja besok pas kesana!". Saya pun malas berdebat.

Keesokannya, saya memang harus ke ruangan si ibu untuk menyerahkan sejumlah dokumen, jadilah saya telusuri poster-poster di sepanjang lorong menuju ruangannya. Aha! Saya menemukan poster film yang dimaksud teman saya dan judulnya adalah "PENCARIAN TERAKHIR". Sudah dipastikan bukan diangkat dari novel 5 cm. Mungkin hanya mirip di adegan pendakian pendakiannya (ini saya juga sotoy sih, belom pernah nonton filmnya dan hanya diceritakan sedikit tentang novelnya :D). Jadilah saya segera bbm teman saya untuk mengklarifikasi kesalahan fatalnya itu.
Saya : Lo, emang sotoy sama film sang Pendaki lo!"
TS  : Gw dah tau judulnya, bukan sang Pendaki
Saya : Ya emang bukanlaah!! Apaan judulnya (saya masih berharap kali ini dia sungguh2 meralat)
TS : PENDAKIAN TERAKHIR
*pingsan*

Selasa, 21 Februari 2012

balada meeting

Meeting dengan ibu di ruangannya lantai x hari x.x dari pukul x-y bla bla bla bla..
Begitu bunyi email dari sekretaris ibu bos yang secara otomatis masuk ke reminder bb. Duh, dan seperti biasa H-1 meeting, kami satu tim akan disibukkan dengan memastikan semua bahan meeting telah disusun dengan benar, telah dikerjakan dengan baik dan presentasi sudah ciamik! Yaa berusaha semaksimal mungkin agar kekecewaan si ibu minimal. hahahhaha..kenapa saya bilang minimal ? karena udh dibikin se perfect apapun (menurut kami), tetap saja setelah direview beliau, pasti nila setitik itu ada. PASTI!!!

Dan hari itu, seperti biasa setiap akan meeting, saya selalu bersiap siap lebih awal dari hari biasa. Maklum lah bo, meetingnya nun jauh dari kalibata tempat saya tinggal, di ruangan sebuah gedung kementerian jalan merdeka depan monas x___x!! Yak, kementerian apakah itu?? (mulai ga penting :D). Dan seperti biasa juga setiap saya datang, pasti si ibu belum datang, ruangannya sepi. Kalau mau senam lantai dulu juga bisa sih (mulai garing :|).

Oya, sebelum masuk ke inti cerita, saya ingin cerita sebentar tentang betapa 'ketat'nya penjagaan keamanan di gedung kementerian tersebut. Jadi saat pertama kali datang ke gedung kementerian tersebut yang tentu saja untuk meeting. Seperti pada umumnya yang kita kita lakukan untuk mengetahui ruangan seseorang di gedung tersebut adalah bertanya kepada resepsionis. Setelah melewati detector yang sebenarnya tidak dilewati juga tidak apa-apa, karena memang tidak ada penjagaan sedikitpun, saya bertanya pada mbak mbak resepsionis yang cantik 
" Mbak, ruangan ibu X dimana ya?",
" O,, di lantai 15 mbak, tapi lagi rapat sama bu menteri", 
" O..",  
sebelum saya beranjak menuju lift, mbak-mbak resepsionis yang cantik masih melanjutkan ucapannya,
" kalau mbak mau ke ruangan bu menteri, di lantai 16",
"HEEEEEEE?????!!!"
Ini absurd!! Kenapa si mbak2 resepsionis ga curiga sama sekali misalnya saya teroris gimana??? Oke begitulah kisah penjagaan yang sampai sekarang setiap saya kesana  masih saja 'ketat'. Saking ketatnya, saya sampai pengen ngsih tas saya ke satpam di sebelah pintu detector buat diperiksa. Hadeeeeeeehhh...

Oke kembali, ke topik utama, meeting dengan ibu bos. Jadi meeting hari itu sangat amat terlambat dari jadwal. Si ibu, terlambat datang dan seperti biasa, saat datang langsung nagih laporan. Dan seperti biasa juga, hasil skimming throughnya tidak begitu memuaskan. Semuanya berkaitan dengan hal-hal non teknis, font lah, paragraf lah, spasi lah, tata bahasa yang belibet lah haduuuuuh,,,sesuatu yang memang penting tapi malesin :| :| Jadilah kami disidang terlebih dahulu. Dan ternyata, bukan hanya kami yang disidang, semua tim yang kebetulan memang sedang bekerja di ruangan tersebut kena semprot. " Pokoknya saya ga mau gaya bahasa bertele tele seperti  'sebagaimana anunya ininya di itu dianukan anunya sedemikian sehingga itu jadi begitu' " Huuuuufffhhh,, kira-kira begitulah omelannya membuka meeting pagi itu.

Omelan yang sama sekali tidak membuat saya kesal, tapi justru pengen ngakak se ngakak2nya karena geli mendengar si ibu ngomel. Semua yang dia katakan benar, cuma lucu saja, dan saya yakin dia juga tidak marah-marah amat sama kami, mungkin hanya sedikit kesal, hehehe.. Sayangnya, saya benar-benar harus menahan tawa saat itu, karena posisi duduk saya persis di depan si ibu :| 

Dan selanjutnya, meeting pun berjalan cukup lancar, at least ada pujian 'good job' yang akhirnya kami terima setelah sekian lama dan berkali-kali meeting ------ dengan catatan  hampir seluruh pekerjaan yang sudah dibuat dirubah total !!! HUAHAHAHAHA x________x