Sampe jumat sore gue masih semangat..semangat karena yang ditunggu dari beberapa minggu sebelumnya akan segera tiba..tadinya..
sampe sekitar pukul 21.30..bbmnya masuk dan bilang " Besok ngga ke Bandung, harus ke blablabla..."
rasanya itu..BLESSSSS.. :( :( :( sepele sih, 'cuma' sukses bikin sedih dan kecewa aja kok..
duniAdis
hanya ingin berbagi,bercerita..
Jumat, 20 September 2013
Sabtu, 13 Juli 2013
:)
Everywhere I'm looking now
I'm surrounded by your embrace
Baby, I can see your halo
You know you're my saving grace
You're everything I need and more
It's written all over your face
Baby, I can feel your halo
Pray it won't fade away
(Taken from 'Halo-Beyonce')
:) :)
I'm surrounded by your embrace
Baby, I can see your halo
You know you're my saving grace
You're everything I need and more
It's written all over your face
Baby, I can feel your halo
Pray it won't fade away
(Taken from 'Halo-Beyonce')
:) :)
Jumat, 19 April 2013
Something Wrong
Sedang pusing2nya nyusun timeline dan proposal project, tiba2 saya pengen mulai nulis lagi. Nulis yang agak 'berat' dikit lah yaa.. Inspirasi nulisnya juga baru aja dapet gara2 lagi kerja trus nntn berita yang lagi rame "KEGAGALAN UN 2013". Saya coba membuat hipotesa sederhana dari kasus yang super memalukan ini. Jadi kira-kira kalau menggunakan Why Theory buat cari root causenya seperti ini:
a. Question 1 : Apa sih penyebab utama kegagalan UN ?
Answer : Kesalahan pada supply chain / disribusi soal UN
b Question 2 : Kenapa bisa terjadi kesalahan pada supply chainnya ?
Answer : Ketidakmampuan menyelesaikan sesuai due date
c Question 3 : Kenapa tidak sesuai due date ?
Answer : Pembaharuan aturan dengan pembuatan 20 paket soal!
d. Question 4 : Kenapa harus bikn 20 paket soal ?
Answer : Mencegah kecurangan para siswa (mencontek)
e. Question 5 : Kenapa siswa harus nyontek ?
Answer : Agar nilainya bagus dan lulus! --NAH!
Jadi kalo berdasarkan hipotesa sederhana di atas si, semua berawal dari kebutuhan mendapatkan nilai bagus! yaaa..kegagalan UN akibat kesalahan pihak percetakan pemenang tender, korupsi dan segala macamnya, itu kan hanya bentuk kebrobokan yang tampak di permukaan but the main problem is far from that. Saya memang hanya sotoy siii.. yaa lagi2 kan semua asumsi. Tapi kesalahan sistem pendidikan kita dari awal yang sudah dari tahun2 sebelumnya banyak pihak mengkritik dan tetep aja dicuekin pada akhirnya berakibat fatal juga. Istilah kerennya sii, akhirnya..kemendikbud kena tulahnya! x___x
Yaa okelah kalau ada pihak yang menyebut " Namanya juga usaha agar siswa bertindak jujur pada setiap ujian yang ditempuhnya". Tapi mengapa bukan pondasi pendidikannya yang diperbaiki. Ibarat membuat rumah, menambah paket soal menjadi 20 itu seperti membangun atapnya terlebih dahulu tanpa membangun pondasi yang kokoh. Yang ada sii, bukannya jadi si rumah, malah rugi berkali kali lipat dong! CMMIW. Di Indonesia siswa memang selalu dituntut dapet nilai bagus, inilah yang saya rasakan dulu saat menjadi siswa sampai mahasiswa (kesannya udh tua banget saya,hehe). Jujur saya akui, selama sekolah dan kuliah, saya matimatian mengejar nilai bagus. Cari data dan cara sebanyak2nya untuk mendapatkan jawaban yang benar agar nilai bagus. Begitulah singkatnya. Dan itu saya sadari belakangan bahwa hal tersebut tidak membentuk frame berpikir saya. Sama sekali!
Beda dengan sistem pendidikan di negara2 maju. Dari beberapa cerita yang saya dengar dan dapatkan, kebanyakan guru/ dosen di negara maju tersebut akan memberikan case study untuk siswanya dan siswana diajak untuk melakukan hipotesa dari isu-isu pada case study tersebut. Barulah kemudian hipotesa tersebut diuji dengan mencari data lewat berbagai cara, bisa literatur bisa juga jalan-jalan alias survei. Dari sanalah akan muncul problem solving. Nah itulah, yang sangat minim ada di sistem pendidikan kita. Tidak ada tuntutan untuk berpikir aktif dan kreatif. Yang ada hanya, nilai bagus, IP bagus dan cepat lulus! Kalau kata Anies Baswedan siih, IP bagus cuma mengantar kita sampai ruang interview saja. Selebihnya ya kemampuan analitis kita ditunjang dengan leadership.
Jadi, masih perlukah UN dengan standar nilai yang membuat siswa ketakutan dan akhirnya menempuh segala macam cara untuk mendapatkan nilai yang bagus (bahkan tidak jarang hal hal berbau mistis/ musyrik mereka tempuh) sampai akhirnya pemerintah membuat strategi yang failed eksekusinya untuk mencegah kecurangan tersebut?
Hmmm.. atau UN diperlukan untuk mengakomodir kepentingan pihak pihak tertentu saja??? (cuma nanya lhoh) dan ketika gagal seperti ini, seluruh pihak terkait pun saling tuding dan menyalahkan. Wallahualam yaa..semoga saja akan ada titik terang dari semua ini dan semoga saja pemerintah segera belajar dari kegagalan yang sudah terjadi serta paham apa yang harus diperbaiki.
AMIIIIIINNN.
nb: tulisan di atas sekali lagi masih hipotesa, semoga bisa diuji agar segera dapet rekomendasi perbaikannya..hihi :D
a. Question 1 : Apa sih penyebab utama kegagalan UN ?
Answer : Kesalahan pada supply chain / disribusi soal UN
b Question 2 : Kenapa bisa terjadi kesalahan pada supply chainnya ?
Answer : Ketidakmampuan menyelesaikan sesuai due date
c Question 3 : Kenapa tidak sesuai due date ?
Answer : Pembaharuan aturan dengan pembuatan 20 paket soal!
d. Question 4 : Kenapa harus bikn 20 paket soal ?
Answer : Mencegah kecurangan para siswa (mencontek)
e. Question 5 : Kenapa siswa harus nyontek ?
Answer : Agar nilainya bagus dan lulus! --NAH!
Jadi kalo berdasarkan hipotesa sederhana di atas si, semua berawal dari kebutuhan mendapatkan nilai bagus! yaaa..kegagalan UN akibat kesalahan pihak percetakan pemenang tender, korupsi dan segala macamnya, itu kan hanya bentuk kebrobokan yang tampak di permukaan but the main problem is far from that. Saya memang hanya sotoy siii.. yaa lagi2 kan semua asumsi. Tapi kesalahan sistem pendidikan kita dari awal yang sudah dari tahun2 sebelumnya banyak pihak mengkritik dan tetep aja dicuekin pada akhirnya berakibat fatal juga. Istilah kerennya sii, akhirnya..kemendikbud kena tulahnya! x___x
Yaa okelah kalau ada pihak yang menyebut " Namanya juga usaha agar siswa bertindak jujur pada setiap ujian yang ditempuhnya". Tapi mengapa bukan pondasi pendidikannya yang diperbaiki. Ibarat membuat rumah, menambah paket soal menjadi 20 itu seperti membangun atapnya terlebih dahulu tanpa membangun pondasi yang kokoh. Yang ada sii, bukannya jadi si rumah, malah rugi berkali kali lipat dong! CMMIW. Di Indonesia siswa memang selalu dituntut dapet nilai bagus, inilah yang saya rasakan dulu saat menjadi siswa sampai mahasiswa (kesannya udh tua banget saya,hehe). Jujur saya akui, selama sekolah dan kuliah, saya matimatian mengejar nilai bagus. Cari data dan cara sebanyak2nya untuk mendapatkan jawaban yang benar agar nilai bagus. Begitulah singkatnya. Dan itu saya sadari belakangan bahwa hal tersebut tidak membentuk frame berpikir saya. Sama sekali!
Beda dengan sistem pendidikan di negara2 maju. Dari beberapa cerita yang saya dengar dan dapatkan, kebanyakan guru/ dosen di negara maju tersebut akan memberikan case study untuk siswanya dan siswana diajak untuk melakukan hipotesa dari isu-isu pada case study tersebut. Barulah kemudian hipotesa tersebut diuji dengan mencari data lewat berbagai cara, bisa literatur bisa juga jalan-jalan alias survei. Dari sanalah akan muncul problem solving. Nah itulah, yang sangat minim ada di sistem pendidikan kita. Tidak ada tuntutan untuk berpikir aktif dan kreatif. Yang ada hanya, nilai bagus, IP bagus dan cepat lulus! Kalau kata Anies Baswedan siih, IP bagus cuma mengantar kita sampai ruang interview saja. Selebihnya ya kemampuan analitis kita ditunjang dengan leadership.
Jadi, masih perlukah UN dengan standar nilai yang membuat siswa ketakutan dan akhirnya menempuh segala macam cara untuk mendapatkan nilai yang bagus (bahkan tidak jarang hal hal berbau mistis/ musyrik mereka tempuh) sampai akhirnya pemerintah membuat strategi yang failed eksekusinya untuk mencegah kecurangan tersebut?
Hmmm.. atau UN diperlukan untuk mengakomodir kepentingan pihak pihak tertentu saja??? (cuma nanya lhoh) dan ketika gagal seperti ini, seluruh pihak terkait pun saling tuding dan menyalahkan. Wallahualam yaa..semoga saja akan ada titik terang dari semua ini dan semoga saja pemerintah segera belajar dari kegagalan yang sudah terjadi serta paham apa yang harus diperbaiki.
AMIIIIIINNN.
nb: tulisan di atas sekali lagi masih hipotesa, semoga bisa diuji agar segera dapet rekomendasi perbaikannya..hihi :D
Langganan:
Postingan (Atom)